Rabu, 12 Agustus 2015

Jenis dan Impurities Batu Bara

Batubara merupakan salah satu jenis bahan bakar untuk pembangkit energi, disamping gas alam dan minyak bumi. Berdasarkan atas cara penggunaannya sebagai penghasil energi .


I. Jenis - Jenis batu bara

          Berdasarkan tingkat proses pembentukan yg dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.

● Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauwan (luster) metalik, mengandung antara 86%-98% unsur Karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.


Gambar Batubara Jenis Antrasit

Bituminous mengandung 68 - 86% unsur Karbon (C) dan berkadar air 8 - 10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Indoneaia, tersebar di pulau Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.


Gambar Batubara Jenis Bituminous

Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibanding dengan bituminius.


Gambar Batubara Jenis Sub-bituminous

Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35 - 75% dari beratnya.


Gambar Batubara Jenis Lignit

Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.


Gambar Batubara Jenis Gambut


II. Impurities Batu Bara

          Batu bara yang diperoleh dari penambangan pasti mengandung pengotor (impurities) . Keberadaan pengotor ini diperparah dengan kenyataan bahwa tidak mungkin memilih batu bara yang bersih dan terbebas dari mineral . Penambangan dalam jumlah besar  selalu menggunakan alat-alat berat seperti bulldoser, backhole, tractor, dan lainnya.
          Impurities terbagi menjadi dua jenis yaitu :

1. Inherent Impurities 
          Merupakan pengotor bawaan yang terdapat pada batubara. Batubara yang sudah dicuci (washing) yang di kecilkan ukuran butirannya (crushing) kemudian di bakar dan menyisakan abu. Pengotor ini merupakan penhotor bawaan pada saat pembentukan batubara, pengotor tersebut dapat berupa gipsum (CaSO42H2O), anhidrid (CaSO4), spirit (FeS2), silika (SiO2) dapat pula terbentuk tulang-tulang bintang (diketahui dari senyawa-senyawa fasfor dari analisis abu). Pengotor bawaan ini tidak mungkin dihilangkan sama sekali,  tetapi dapat di kurangi dengan cara pembersihan. Proses ini dikenal dengan tenologi batubara bersih.

2. External impurities
          Meruoakan pengotor yang berasal dari luar, timbul pada saat proses penambangan.
          Dalam menentukan mutu/kualitas batubara perlu diperhatikan beberapa hal :
a.     Heating value (HV) (Calorific Value/Nilai kalor)
          Dinyatakan dengan kkal/Kg, banyaknya jumlah kalori yang di hasilkan batubara tiap satuan berat (dalam kilogram).
b.     Moisture Content (kandungan lengas/air)
          Batubara dengan jumlah lengas tinggi akan memerlukan lebih banyak udara primer untuk mengeringkan batubara tersebut agar suhu batubara pada saat keluar dari gilingan tetap, sehingga hasilnya memiliki kualitas yang terjamin. Jenis air sulit untuk dilepaskan tetapi dapat dikurangi, dengan cara memperkecil ujuran butir batubara.
c.     Ash Content (Kandungan abu)
          Komposisi batubara bersifat heterogen, apabila batubara dibakar maka senyawa organik yang ada akan di ubah menjadi senyawa oksida yang berukuran butiran dalam bentuk abu. Abu dari sisa  pembakaran inilah yang dikenal sebagai ash content. Abu ini merupakan kumpulan dari bahan-bahan pembentukan batubara yang tidak dapat terbakar, atau yang di oksidasi oleh oksigen.  Bahan sisa dalam bentuk padatan ini antara lain senyawa SiO2, AI2O3, TiO2, Mn3O4, CaO, Fe2O3, MgO, K2O, Na2O,P2O, SO3 dan oksida unsur lainnya.
d.     Sulfur Content (kandungan belerang)
          Belerang yang terdapat pada batubara adalah bentuk senyawa organik dan arorganik, dalam senyawa anorganik dapat dijumpai dalam bentuk mineral pirit (FeS2 bentuk kristal kubus) , markasit (FeS2 bentuk kristal orhorombik) atau dalam bentuk sulfat. Sedangkan belerang organik terbentuk selama terjadinya proses coalification . (Krevelen, 1993).
e.     Volatile matter (bahan mudah menguap)
          Kandungan Volatile matter mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas nyala api.
f.     Fixed Carbon
          Didevinisikan sebagai material yang tersisa , setelah berkurangnya moisture, volatile matter dan ash. Hubungan ketiganya sebagai berikut:
Fixed carbon (%) = 100% - Moisture Content - Ash Content
Fixed Carbon = 100 - Volatile Matter (%).
g.   Hardgrove Ggrindability Index (HGI)
          Suatu  bilangan yang menunjukan mudah atau sukarnya batubara di giling atau di gerus menjadi bentuk serbuk. Butiran paling halus < 3 mm sedangkan yang paling kasar sampai 50 mm.
h.     Ash Fusion Character of coal
          Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank).

Asal-Usul Batu Bara